Si Temon, Bocah kecil Perempatan Cempaka Mas


Jam 05.30 sore, di Cempaka Putih. cuaca sore hari itu sangat lumayan panasnya, tidak seperti biasanya. Aku dan kawanku, mencoba mencari tempat duduk di barisan Halte Arah Monas. hingar bingar lalu lalang orang dan suara kendaraan menderu deru.. banyak calon Penumpang menunggu di teriknya panas sore itu, jam pulang kerja..biasa rutinitas semrawutnya kota Jakarta, suara teriakan p' sopir mengejutkan kami — "ayo Pa'..Bu' mari kosong kosong..bisa Pa' bisa Bu', tolong di geser.. digeser..,hmm..padahal jarak masing masing sudah rapat.. di sela itu kami pun terusik akan kehadiran seorang anak kecil. , dekil, dan compang-camping, celana yang dipakainya sobek, rambutnya coklat gimbal... Bau yang tak sedap dari sekujur tubuhnya menusuk hidung. seorang anak yang tak pernah mendapat sentuhan kasih sayang kedua orang tuanya. mendesah nafasku, ku hanya tersenyum miris Ganteng sebetulnya anak ini, dan hebat dia masih kecil sudah tegar dalam mempertahankan diri dalam kerasnya kehidupan di Jakarta...Asyik sekali seakan tak ada berfikir akan bagamana kah hari esok dan masa depannya.

Bocah kecil itu berusaha mencoba mengetuk hati kami..dia ketok ketok jendela sambil menegadahkan tangannya, dia hanya diam, kulihat penumpang lain hanya diam dan ada yang masih ngobrol dan bersenda gurau tidak mengacuhkan kehadiran anak tersebut.. satu - dua orang hanya melirik sambil menutup hidungnya...Bocah berusia kurang lebih 6 tahun itu memandang pdaku..terus saja dia memandang saat aku berusaha megeluarkan selembar uang. Aku dan seorang wanita tua disebelahku memberikan uang 1000 rupiah.ku rasakan saat wanita tua itu memberikan seakan ada rasa kasih dari hatinya yang terdalam ..tulus..!!, seperti memberikan Uang kepada Cucunya sendiri  hmm..serasi sekali telapak diatas dan telapak di bawah, bagi kami yang memberikan, pecahan itu hanya sebanding dengan ongkos dari cempaka putih hingga pasar senen. namun bagi si kecil, yang diterimanya itu senilai nyawa satu harinya.

Dari dekat kurasakan, ada jalinan kasih sayang antara seorang ibu dengan anaknya, serta keserasian "tangan di atas" dan "tangan di bawah". Bagi pemberi, pecahan itu hanya sebanding dengan ongkos Angutan Kota, sedangkan bagi penerima, si kecil , nominal itu sama bernilainya dengan harga nyawa satu hari.

dulu kata Nabi: "al-yadd al ulyaa khair min al-yadd al-suflaa"

Tngan di atas lbih baik dri pada tngan di bwah. pda prinsipny, ke2nya sama-sama baik, & Rasulpun tak menghina rendah si peminta, juga tak meninggikan si pemberi. Karena Islam yang dibawa Rasul adalah KAFFAH, sempurna di berbagai bidang kehidupan. Yang tidak lain guna keBAHAGIAan di dunia akhirat.

Sebuah potret realita kehidupan di jakarta yang sangat Akrab dalam sehari hari. sering kali menimbulkan sebuah pertanyaan yang tidak sama sekali menyentuh di Qolbu.....Tidak sama sekali tersentuh sebab benak fikiran sudah sibuk dengan urusan masing masing, Pandangan kita selalu melihat berbagai bentuk yang Bagus, Glamour nya kehidupan pribadi dan sekitarnya, dan hati mulai lengah untuk memikirkan keadaan sekitar..dan bertanya kenapa Nasib Bocah kecil itu tidak seberuntung kita atau ANAK ANAK kita. bisa kita membayangkan kalau itu kita atau dia anak kita sambil menengadahkan tangan dengan pandangan penuh harap minta di beri untuk sesuap nasi, dan Apa sebab Sabda Langit dan Aturan Aturannya seakan tak mampu memperlihatkan keindahan -keindahan yang bagus di pandang? 


Cara bocah kecil itu meminta minta merupakan sebuah isyarat. Nasib bocah itu merupakan sesuatu keadaan yang mengingatkan kita, kurasakan dekat sekali hubungan persaudaraan dengan bocah itu - hmm.. yang memberi dan menerima. Jika bukan karena rasa nasionalisme, Agama, rasa keprikemanusiaan, merasa sama sebagai manusia yang diciptakan dibumi oleh  Allah SWT,  yang pernah merasakan bagaimana Lapar, sakitnya dan selalu kepanasan disiang hari kedinginan di malam hari, ya ya ya ..sangat intim dan sangat pengertian..hmmmm....


Maksud dari pada "tangan di bawah" yaitu sebuah kesadaran yang dimuncul tanpa adanya Paksaan, untuk siap menjadi "tangan di atas". jadi murni uluran tangan — dan tidak seperti menyambutnya Artis dangdut bergoyang ria dia atas panggung — Tetapi sebuah rasa cinta kasih tulus ikhlas bukan dengan rasa ujub dan tidak akan pernah bosan untuk memberi, sebab kita adalah manusia yang saling membutuhkan dan merasa sama sama diciptakan oleh Allah SWT, yang tidak hidup di surga — dan di sanapun , kita dapatkan bukan karena sebuah pahala, melainkan karena Cinta kasih dari Allah SWT tak bertepi. 

Akupun hidup dengan ciri "menengadahkan tangan." namun beda Aku dan si bocah kecil itu, Aku diberikan kesempatan lebih Pintar menjalaninya dengan kalimat yang ter eufemistik, berkonotasi lembut, terkemas secara marketable, di sebuah ruang kantor yang mewah dan diawali dengan kata-kata, atau kalimat pengantar yang logis. kedatanganku secara Thalibul Ilmi, yang dipayungi kesejahteraan kita oleh sebuah badan donatur besar yang tak mengharap imbalan. Aku dan kau tidak hanya sebagai penonton saja, melainkan PELAKU.


Tidaklah sesuatu hal yang mudah bisa menengadahkan Tangan, mengharap belas kasih dari orang, walau itu bukan hal yang Hina dina. , Kenapa sesuatu yang tidak mudah? Aku tidak bisa memberikan sesuatu jawaban yang pasti.

Kawan..!!!, rangkuman sekelumit cerita pendek diatas ialah bahwa.Mata kita telah di gurui dan di bohongi oleh kegemerlapan penuh kamuflase, kelihatannya kita seperti seorang borjuis, Inilah sebuah penyimpangan realita kehidupan di mana kita tidak lagi di jalur rel sebenarnya, kita telah tertipu oleh sebuah keadaan akan siapa dia dan apa manfaat diriku bagi sesama.


Apa yang dilakukan dan di alami bocah kecil itu merupakan realita dan bukan sebuah ihwal, bocah yang bisa diajari, pada kenyataanya dia sanggup mengajari kita seirama dengan sebuah pituah siapapun dan aturan darimanapun, sehingga kita tidak menyadari bahwa nanti kita akan di minta oleh orang yang tidak pernah menegadahkan tangan  ke Wajah kita..

"Yaa Rabb JalanMU lah yang paling benar, 
semoga kami semua ini dijalanMU"

Dan Angkot itu terus melaju ke tempat yang kami tuju, diiringi hembusan angin dari balik jendela Angkot sedikit hilang panas terasa di dalam Angkot....Hmm emangnye lagi musim panas ..kaleee..



* Cerita saat soreku dari perempatan Mall Cempaka Mas, menuju Monas.
Syamsul Bahri (Aby Albrave Bihaq)